Globaldetik.com | Senin (04/09) telah terjadi pengeroyokan pada tiga anak kos oleh para pemuda Gampong Meurandeh Dayah, Langsa Lama, Kota Langsa yang mengakibatkan salah seorang korban yang merupakan mahasiswa UNSAM asal Sumatera Utara diduga pecah kepalanya. Kasus pengeroyokan ini bukan terjadi sekali, tetapi telah berulang kali terhadap mahasiswa perantauan yang dikeroyok oleh penduduk setempat adalah sebuah peristiwa yang sangat serius dan memerlukan perhatian serius pula. Pada tulisan ini, saya sebagai mahasiswa perantuan dan demisioner ketua salah satu organisasi mahasiswa kedaerahan ingin mengungkapkan pendapat saya tentang kasus ini. Tindakan semacam ini tidak hanya merusak citra daerah dan masyarakat yang bersangkutan, tetapi juga merupakan pelanggaran serius terhadap hak asasi dan nilai-nilai kemanusiaan.
Penting untuk mengutuk tindakan kekerasan apa pun, terlepas dari latar belakang pelaku dan korban. Pengeroyokan adalah pelanggaran hukum yang harus ditindak secara tegas oleh pihak berwenang. Tidak ada alasan untuk menoleransi atau membenarkan tindakan semacam itu. Mahasiswa perantauan datang dari luar daerah dengan tujuan belajar, mencari pengalaman baru, dan berkontribusi pada masyarakat tempat mereka tinggal sementara. Mereka adalah bagian dari keragaman global yang dapat memperkaya budaya dan pemikiran lokal. Oleh karena itu, pengeroyokan terhadap mereka tidak hanya merugikan individu, tetapi juga masyarakat yang kehilangan potensi kontribusi positif dari mahasiswa perantauan tersebut.
Dalam menangani kasus semacam ini, pihak berwenang setempat perlu bertindak tegas dan adil. Tidak boleh ada diskriminasi terhadap pelaku kekerasan, tetapi juga harus memastikan bahwa proses hukum yang diterapkan adil bagi semua pihak yang terlibat. Pemerintah dan lembaga terkait perlu berperan aktif dalam melindungi mahasiswa perantauan dan memberikan mereka perlindungan hukum yang cukup. Mereka harus merasa aman selama belajar di perantauan dan yakin bahwa pelanggaran terhadap mereka akan dihukum dengan tegas.
Kita juga perlu mencari akar permasalahan yang mungkin ada di balik kasus-kasus pengeroyokan ini. Diskriminasi, ketidakpahaman budaya, atau konflik yang berkembang dapat menjadi faktor-faktor yang memicu kekerasan semacam ini. Edukasi tentang toleransi, keragaman, dan penghargaan terhadap perantau harus ditingkatkan lagi. Kita juga harus menghindari generalisasi dan stereotip terhadap seluruh penduduk setempat berdasarkan tindakan sejumlah individu. Kejadian semacam ini tidak seharusnya menjadi cerminan seluruh masyarakat. Alih-alih, kita perlu berupaya membangun jembatan komunikasi antara mahasiswa perantauan dan penduduk setempat untuk meningkatkan pemahaman dan kerjasama di antara kedua kelompok ini.
Dalam pandangan saya, kasus pengeroyokan terhadap mahasiswa perantauan adalah peringatan penting bahwa pentingnya nilai-nilai seperti toleransi, inklusi, dan penghormatan terhadap hak asasi manusia harus ditegakkan secara sungguh-sungguh. Ini adalah tugas bersama masyarakat global untuk memastikan bahwa semua individu, tanpa memandang asal usul atau kebangsaan, dapat merasa aman dan dihargai di mana pun mereka berada.
Oleh: Sulaiman Saputra