Subulussalam | Globaldetik.com – Kabid Perikanan (Fikri Insani Akbar, S.Pi) kembali turun ke lapangan. Kunjungan ke lapangan ini bertujuan meninjau kelompok BULE (Budidaya Lele) yang diketuai oleh Pak Rambe di Desa Suka Makmur, Senin (08/01/2024).
Berdiskusi santai sambil ngopi, Pak Rambe menceritakan suka-duka dalam usaha Budidaya Lele yang dilakoninya. Ada pun cerita sukanya adalah saat ini Pak Rambe tidak lagi harus membeli pupuk untuk tanaman sayur-mayur yang ditanam di pekarangan rumahnya. Air kolam budidaya lele dia jadikan sebagai pupuk organik cair untuk tanaman seperti sayur terong, sawi, cabai, kangkung, dan lainnya. Sehingga menghasilkan sayuran organik dengan biaya murah.
Ada pun cerita duka yang dialami Pak Rambe adalah biaya pakan ikan yang semakin mahal dan sulit dijangkau. Keadaan ekonomi yang sempit, ilmu/wawasan budidaya ikan yang sempit membuat keadaan semakin sulit dan terjepit.
Nah, untuk itulah Bidang Perikanan harus aktif turun ke lapangan untuk mengatasi kesempitan di atas. Dalam hal ini Kabid Perikanan mencoba memberi masukan pakan ikan alternatif yang mudah didapat dan juga bisa jadi murah atau gratis.
Ada banyak jenis pakan alternatif yang bisa dimanfaatkan sebagai pakan ikan. Tentunya, kita pilih pakan ikan yang ramah lingkungan dan mendukung untuk pertumbuhan ikan tersebut. Itu bisa kita dapatkan dari limbah atau sisa sayur pasar. Apakah, sawi, seledri, genjer dll. Bisa juga berupa tanaman yang mudah hidup di air seperti kangkung, genjer, eceng gondok, azolla, lemna, dll.
Ada kekurangan dan kelebihan dari setiap pakan alternatif yang digunakan. Nah, untuk itulah kita lebih selektif dan bijak memilih pakan alternatif untuk ikan. Tolak ukurnya adalah berupa pakan yang mudah didapat, kandungan proteinnya tinggi, dan bisa sebagai tanaman hidup di kolam ikan. Sehingga tidak menimbulkan proses pembusukan tanaman di air kolam yang dapat menyebabkan kolam tercemar amoniak. Bila kolam ikan tercemar akibatnya kita harus sering-sering menganti air. Akhirnya, biaya produksi budidaya ikan jadi meningkat dan ikan juga mudah terserang penyakit.
Dalam kunjungan Kabid Perikanan ke kelompok BULE ini, dia menyarankan agar pembudidaya ikan harus bisa mendapatkan pakan alternatif yang murah atau pun mudah. Sebenarnya itu bisa dilakukan dengan meminta bantuan perusahan PKS (Pabrik Kelapa Sawit). Apakah itu sebagai bentuk CSR atau kepedulian pihak perusahaan terhadap peningkatan taraf ekonomi masyarakat Kota Subulussalam. Terkhusus dalam ketahanan pangan di bidang Perikanan.
Ada pun bantuan yang diharapkan dari perusahaan PKS ini yaitu berupa pemanfaatan tanaman air yang ada di kolam limbah PKS. Baik itu berupa Azolla atau pun Lemna. Dimana, tanaman ini mengandung protein yang cukup tinggi dan juga mudah tumbuh di kolam limbah. Sebenarnya tanaman ini cukup mudah dibudidayakan, namun akan memerlukan tempat dan biaya lagi dalam membuat media budidayanya.
Dengan demikian, di sinilah pembudidaya ikan butuh sekali kemurahan hati pihak perusahaan PKS untuk mengatasi kesempitan para pembudidaya ikan.
Apalagi, salah satu keluarga dari kelompok BULE ini tercatat sebagai keluarga yang memiliki balita Stunting. Jelas, keluarga ini butuh asupan protein dari ikan yang memadai untuk mengatasi masalah Stunting tersebut.
Terakhir, Kabid Perikanan melalui media ini menitip pesan kepada pihak Legislatif agar turun ke lapangan untuk mengatasi kesempitan. Terkhusus ke lapisan masyarakat penderita Stunting. Agar hendaknya pokir-pokirnya ke depan lebih difokuskan kepada Locus sunting dalam usaha pengurangan angka Stunting di Kota Subulussalam ini.
(Raja Uli)