GLOBALDETIK.COM|Banda Aceh- Persatuan Perantau Aceh Malaysia (PPAM) mengungkapkan duka cita yang mendalam atas meninggalnya Fauziah (34), seorang ibu rumah tangga asal Alue Buya Pasi, Kecamatan Jangka, Kabupaten Bireuen. Perjuangan hidupnya selama di perantauan Malaysia menjadi kisah yang penuh haru, menginspirasi banyak orang tentang ketabahan menghadapi ujian berat.
Segalanya bermula pada 5 Januari 2024, ketika Fauziah jatuh sakit parah hingga harus dilarikan ke Hospital Sultan Idris Syah, Serdang, Malaysia. Dalam kondisi tubuh yang lemah, ia berjuang melawan komplikasi paru-paru yang semakin memperburuk keadaannya. Di tengah sakit yang menggerogotinya, Fauziah sedang mengandung bayi enam bulan. Demi menyelamatkan nyawa sang buah hati, tim medis melakukan operasi caesar darurat. Namun, pengorbanan itu membawa Fauziah ke dalam kondisi koma selama lebih dari dua bulan.
Suaminya setia menemani di setiap langkah perjuangan ini. Dalam masa sulit itu, Fauziah seolah berada di antara hidup dan mati, sementara biaya perawatan terus membengkak hingga RM 22,038.40 (sekitar Rp 81.670.000). Keluarga hanya mampu membayar sebagian kecil, sementara sisanya dijamin oleh Ketua PPAM, Teuku Ricky, dan Kak Putri, perwakilan PPAM di Rawang, Malaysia.
Setelah melewati masa koma yang panjang, Fauziah akhirnya tersadar. Harapan pun kembali menyala ketika ia diperbolehkan pulang dari rumah sakit. Namun, perjuangan tidak berhenti di sana. Ia dan keluarganya masih harus menghadapi beban berat berupa sisa tunggakan biaya rumah sakit yang mencapai RM 19,676.00 (sekitar Rp 72.874.000).
Di tengah keterbatasan, bantuan mulai berdatangan. Ketua PPAM Teuku Ricky dan Kak Putri terus berjuang mencarikan solusi. Mereka berkoordinasi dengan senator Aceh, H. Sudirman (Haji Uma), yang tanggap memberikan perhatian. Dukungan juga datang dari Baitul Mal Aceh yang mengirimkan bantuan sebesar Rp 5.000.000, serta kontribusi pribadi H. Sudirman sebesar Rp 3.000.000. Semua ini menjadi bukti bahwa solidaritas dan kepedulian tidak pernah padam, meskipun jarak memisahkan.
Fauziah sempat kembali pulih. Senyum dan semangatnya yang kembali menghangatkan keluarga menjadi hadiah tak ternilai. Namun kesulitan ekonomi yang dihadapi bersama suaminya membuat tunggakan biaya rumah sakit tak kunjung lunas. Hingga akhirnya, pada 23 Januari 2025, Fauziah menghembuskan napas terakhirnya, meninggalkan kesedihan mendalam bagi keluarga dan semua yang pernah mendukung perjuangannya.
Semoga almarhumah Fauziah mendapatkan tempat terbaik di sisi Allah SWT, diampuni segala dosa-dosanya, dan diterima amal ibadahnya. Bagi keluarga yang ditinggalkan, semoga diberi ketabahan dan kekuatan untuk melanjutkan hidup.
Ketua PPAM,Teuku Ricky dalam pernyataannya, mengungkapkan rasa terima kasih yang tulus kepada semua pihak yang telah membantu meringankan beban Fauziah. “Kami berterima kasih kepada Baitul Mal Aceh, H. Sudirman (Haji Uma), BPPA, serta seluruh masyarakat Aceh yang telah menunjukkan kepedulian luar biasa. Perjuangan ini membuktikan bahwa kita tetap bersatu dalam membantu saudara-saudara kita yang membutuhkan, di mana pun mereka berada,”tutur Teuku Ricky saat di hubungi Globaldetik.com,melalui Telepon Selulernya,Minggu 26/1/2025.
Kisah Fauziah adalah pengingat bagi kita semua bahwa meski hidup penuh cobaan, kekuatan kasih sayang dan solidaritas dapat memberikan harapan, bahkan dalam situasi tersulit. Selamat jalan, Fauziah. Perjuanganmu akan selalu dikenang
(AR)